Exile - Flower Song

Setelah sekian lama vacum dari blog, akhirnya bisa update lagi.
kali ini saya akan share lagunya Exile : Flower song





                                               Download : MP4 360p Size 21MB
                   

6 Efek Buruk Dari Penggunaan HP!!!

Sebuah riset medis terbaru AS menunjukkan, bahwa laki-laki yang mengunakan handphone lebih dari 4 jam setiap hari, bukan saja jumlah sel maninya kurang dari 40% dibanding laki-laki yang persentase pemakaian handphone-nya lebih rendah, bahkan mutu sel maninya juga kurang, kemampuan memiliki anak juga menurun.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketika kita mengaktifkan handphone, handphone akan menghantar gelombang radio ke pusat handphone, dan gelombang radio manapun juga sedikit banyak akan terserap oleh tubuh, yang berdampak terhadap kesehatan kita. Proses ini di sebut radiasi handphone.

Meskipun masih berdebat tentang hal ini, tapi dalam percobaan binatang sudah terbukti, bahwa gelombang mikro berpengaruh terhadap organ yang semakin banyak mengandung kadar air, maka kerusakannya juga semakin besar. Wakil Profesor dari Lembaga Penelitian Komunikasi Radio Universitas Jiaotong, Shanghai Qian Liangyi menuturkan, bahwa handphone adalah suatu alat peluncur sinyal yang memiliki daya tertentu, daya terbesar sekitar 1 watt lebih. Namun karena handphone kerap berdekatan dengan bagian otak, maka waspada terhadap dampak radiasi yang tertimbun dari hari ke hari. Pakar terkait menunjukkan 6 kebiasaan buruk pemakaian handphone yang merugikan kesehatan itu meliputi :

  1. Menggantungkan HP di leher atau pinggang : bagi mereka yang arrhythmia (tidak ada irama jantung), fungsi jantung tidak sempurna sebaiknya tidak menggantungkan handphone di dada. Jika handphone sering digantung di bagian pinggang atau sisi perut, mungkin akan mempengaruhi fungsi kesuburan. Cara yang lebih aman dan sehat, adalah simpan di dalam tas yang dibawa serta.
  2. Menempelkan handphone di telinga ketika menelepon: ketika menelepon dan belum tersambung, radiasi akan bertambah kuat, maka sebaiknya jauhkan handphone dari bagian kepala, selang 5 detik kemudian baru dihubungi kembali.
  3. Sinyal handphone semakin lemah, jika menempel di telinga : Berdasarkan prinsip kerja handphone, dalam keadaan sinyal yang agak lemah, handphone akan meningkatkan daya luncur gelombang elektromagnetnya secara otomatis, sehingga intensitas radiasi bertambah kuat. Dengan menempelkan ke telinga, maka radiasi yang dialami bagian kepala akan berlipat ganda.
  4. Percakapan handphone terlampau lama: ahli menyarankan, tidak baik berhubungan telepon terlalu lama, jika memang demikian bisa mempertimbangkan memakai telepon tetap atau memakai alat pendengar, jika terpaksa harus berhubungan dalam jangka waktu yang lama juga harus mendengar secara bergantian di kiri kanan telinga setiap 1-2 menit.
  5.  Sembunyi di sudut tembok dan bisik-bisik menerima telepon rahasia : dengan bersembunyi di sudut bangunan, dalam kondisi umum, penutupan sinyal di sudut bangunan tidak begitu baik, sehingga dengan demikian dapat menyebabkan daya radiasi handphone dalam sudut tertentu bertambah besar.
  6. Mondar mandir, selalu bergerak : sejumlah orang tanpa sadar suka berjalan pelahan ketika menelepon, selalu bergerak ke sana ke mari, namun, tidak sadar kalau menggerakkan posisi dapat menyebabkan ketidakstabilan sinyal yang diterima, dengan demikian menyebabkan terjadinya luncuran daya tinggi dalam waktu singkat yang tidak diperlukan.

Selain itu, 8 tipe orang berikut ini sebaiknya kurangi memakai handphone: penderita epilepsi, jantung, lemah saraf parah, katarak, diabetes, wanita hamil serta bagi yang sedang menyusui, anak-anak dan remaja serta orang tua yang berusia lebih dari 60 tahun.
Blogged with the Flock Browser

PERAWATAN PASIEN DENGANHEMODIALISA



 

A.     Pengertian

Hemodialisa adalah proses pembersihan darah oleh akumulasi sampah buangan. Hemodialisis digunakan bagi pasien dengan tahap akhir gagal ginjal atau pasien berpenyakit akut yang membutuhkan dialysis waktu singkat (DR. Nursalam M. Nurs, 2006).
Haemodialysis adalah pengeluaran zat sisa metabolisme seperti ureum dan zat beracun lainnya, dengan mengalirkan darah lewat alat dializer yang berisi membrane yang selektif-permeabel dimana melalui membrane tersebut fusi zat-zat yang tidak dikehendaki terjadi. Haemodialysa dilakukan pada keadaan gagal ginjal dan beberapa bentuk keracunan (Christin Brooker, 2001).
Hemodialisis berasal dari kata hemo yang berarti darah dan dialysis yang berarti pemisahan atau filtrasi, melalui membrane semi-permeabel. Jadi hemodialisa adalah proses pemisahan atau filtrasi zat-zat tertentu dari darah melalui membrane semi-permeabel (Fery Erawati Burnama (Instalasi Dialisis RSUD Dr. Doris Silvanus)).
Hemodialisa adalah suatu prosedur dimana darah dikeluarkan dari tubuh penderita dan beredar dalam sebuah mesin diluar tubuh yang disebut dialyzer. Prosedur ini memerlukan jalan masuk ke aliran darah. Untuk memenuhi kebutuhan ini, maka dibuat suatu hubungan buatan diantara arteri dan vena (fistula arteriovenosa) melalui pembedahan (www.medicastore.com) .

B.     Dasar-dasar Hemodialisis
Setiap 1 juta penduduk terdapat 25-50 orang mengalami gagal ginjal terminal (GGT)/tahun.
Bila tidak diobati : meninggal dunia
Bila diobati dengan terapi pengganti (TP) : masih dapat hidup bertahun-tahun.
Terapi Pengganti (TP) : 1. Hemodialisa
    2. CAPD (Continous Ambulatory Peritoneal Dialisis)
    3. Transplantasi ginjal
Hemodialisa merupakan salah satu bentuk terapi pada pasien dengan kegagalan fungsi ginjal, baik yang sifatnya akut maupun kronik sampai pada stadium gagal ginjal terminal, dengan bantuan mesin hemodialisa. Ada 3 unsur penting yang saling terkait pada proses hemodialisa yaitu : sirkuit darah (saluran ekstrakorporeal), ginjal buatan (dializer), dan sirkuit dialisat.
Prinsip pada hemodialisis, mesin memompa darah dari tubuh pasien ke dalam dializer, dan dari sisi lain cairan dialisat dialirkan kedalam dializer. Didalam dializer inilah proses dialysis terjadi. Darah yang sudah didialisis atau sudah dibersihkan dipompa kembali kedalam tubuh. Untuk kelancaran dan keberhasilan proses hemodialisis dengan mesin hemodialisis diperlukan suatu prosedur tentang tindakan hemodialisis.

 

  • Tujuan Hemodilisa
    Tujuan hemodialisis adalah untuk mengeluarkan zat-zat nitrogen yang toksik dari dalam darah dan mengeluarkan air yang berlebihan.


  • Indikasi Hemodialisa

    • Indikasi segera
      Koma, perikarditis, atau efusi pericardium, neuropati perifer, hiperkalemi, hipertensi maligna, over hidrasi atau edema paru, oliguri berat atau anuria.

    • Indikasi dini

      • Gejala uremia
        Mual, muntah, perubahan mental, penyakit tulang, gangguan pertumbuhan dan perkembangan seks dan perubahan kulitas hidup.

      • Laboratorium abnormal
        Asidosis, azotemia (kreatinin 8-12 mg %) dan Blood Urea Nitrogen (BUN) : 100 – 120 mg %, TKK : 5 ml/menit.

    • Frekuensi Hemodialisa
      Frekuensi dialisa bervariasi, tergantung kepada banyaknya fungsi ginjal yang tersisa, tetapi sebagian besar penderita menjalani dialisa sebanyak 3 kali/minggu.
      Program dialisa dikatakan berhasil jika:

      • penderita kembali menjalani hidup normal

      • penderita kembali menjalani diet yang normal

      • jumlah sel darah merah dapat ditoleransi

      • tekanan darah normal

      • tidak terdapat kerusakan saraf yang progresif.

 

  • Peralatan Haemodialisa

    • Arterial – Venouse Blood Line (AVBL)
      AVBL terdiri dari :

  1. Arterial Blood Line (ABL)
    Adalah tubing tubing/line plastic yang menghubungkan darah dari tubing akses vaskular tubuh pasien menuju dialiser, disebut Inlet ditandai dengan warna merah.

  2. Venouse Blood Line
    Adalah tubing/line plastic yang menghubungkan darah dari dialiser dengan tubing akses vascular menuju tubuh pasien disebut outlet ditandai dengan warna biru. Priming volume AVBL antara 100-500 ml. priming volume adalah volume cairan yang diisikan pertama kali pada AVBL dan kompartemen dialiser.
    Bagian-bagian dari AVBL dan kopartemen adalah konektor, ujung runcing,segmen pump,tubing arterial/venouse pressure,tubing udara,bubble trap,tubing infuse/transfuse set, port biru obat ,port darah/merah herah heparin,tubing heparin dan ujung tumpul.

 

  • Dializer /ginjal buatan (artificial kidney)
    Adalah suatu alat dimana proses dialisis terjadi terdiri dari 2 ruang /kompartemen,yaitu:

    • Kompartemen darah yaitu ruangan yang berisi darah

    • Kompartemen dialisat yaitu ruangan yang berisi dialisat

    • Kedua kompartemen dipisahkan oleh membran semipermiabel.

    • Dialiser mempunyai 4 lubang yaitu dua ujung untuk keluar masuk darah dan dua samping untuk keluar masuk dialisat.

 

  • Air water treatment
    Air dalam tindakan hemodialis dipakai sebagai pencampur dialisat peka (diasol). Air ini dapat berasal dari berbagai sumber, seperti air PAM dan air sumur, yang harus dimurnikan dulu dengan cara "water treatment" sehingga memenuhi standar AAMI (Association for the Advancement of Medical Instrument). Jumlah air yang dibutuhkan untuk satu session hemodilaisis seorang pasien adalah sekitar 120 Liter.

  • Larutan Dialisat
    Dialisat adalah larutan yang mengandung elektrolit dalam komposisi tertentu. Dipasaran beredar dua macam dialisat yaitu dialisat asetat dan dialisat bicarbonate. Dialisat asetat menurut komposisinya ada beberapa macam yaitu : jenis standart, free potassium, low calsium dan lain-lain. Bentuk bicarbonate ada yang powder, sehingga sebelum dipakai perlu dilarutkan dalam air murni/air water treatment sebanyak 9,5 liter dan ada yang bentuk cair (siap pakai).

  • Mesin hemodialisis
    Ada bermacam-macam mesin hemodilisis sesuai dengan merek nya. Tetapi prinsipnya sama yaitu blood pump, system pengaturan larutan dilisat, system pemantauan mesin terdiri dari blood circuit dan dillisat circuit dan bebagai monitor sebagai deteksi adanya kesalahan. Dan komponen tambahan seperti heparin pump, tombol bicarbonate, control ultrafiltrasi, program ultrafiltrasi, kateter vena, blood volume monitor.

  • Perlengkapan hemodilaisis lainnya

    • Jarum punksi, adalah jarum yang dipakai pada saat melakukan punksi akses vaskuler, macamnya :

      • Single needle
        Jarum yang dipakai hanya satu, tetapi mempunyai dua cabang, yang satu untuk darah masuk dan yang satu untuk darah keluar. Punksi hanya dilakukan sekali.

      • AV – Fistula
        Jarum yang bentuknya seperti wing needle tetapi ukurannya besar. Jika menggunakan AV – Fistula ini, dilakukan dua kali penusukan.

 

  • Komplikasi Hemodialisa
Komplikasi Penyebab 
Demam







Reaksi anafilaksis yg berakibat fatal

(anafilaksis)



Tekanan darah rendah



Gangguan irama jantung





Emboli udara



Perdarahan usus, otak, mata atau perut 
  • Bakteri atau zat penyebab demam (pirogen) di dalam darah
  • Dialisat terlalu panas


  • Alergi terhadap zat di dalam mesin
  • Tekanan darah rendah




  • Terlalu banyak cairan yg dibuang


  • Kadar kalium & zat lainnya yg abnormal dalam darah


  • Udara memasuki darah di dalam mesin


  • Penggunaan heparin di dalam mesin untuk mencegah pembekuan


 
 
Gambar pasien yang menjalani hemodialisa
(dikutip dari www.medicastore.com)

 
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN

  • Pengkajian

    • Identitas klien

    • Riwayat Penyakit

      • Riwayat penyakit infeksi

      • Riwayat penykit batu/obstruksi

      • Riwayat pemakaian obat-obatan

      • Riwayat penyakit endokrin

      • Riwayat penyakit vaskuler

      • Riwayat penyakit jantung

    • Data interdialisis (klien hemodialisis rutin)
      Data interdialisis meliputi :

      • Berat badan kering klien atau Dry Weight, yaitu : berat badan di mana klien merasa enak, tidak ada udema ekstrimitas, tidak merasa melayang dan tidak merasa sesak ataupun berat, nafsu makan baik, tidak anemis.

      • Berat badan interdialisis : Berat badan hemodialisis sekarang – Berat badan post hemodialisis yang lalu (Kg).

      • Kapan terakhir hemodialisis.

    • Pemeriksaan Fisik

      • Keadaan umum klien

        • Data subjektif : lemah badan, cepat lelah, melayang.

        • Data objektif : nampak sakit, pucat keabu-abuan, kurus, kadang – kadang disertai edema ekstremitas, napas terengah-engah.

      • Kepala

        • Retinopati

        • Konjunktiva anemis

        • Sclera ikteric dan kadang – kadang disertai mata merah (red eye syndrome).

        • Rambut ronok

        • Muka tampak sembab

        • Bau mulut amoniak

      • Leher

        • Vena jugularis meningkat/tidak

        • Pembesaran kelenjar/tidak

      • Dada

        • Gerakkan napas kanan/kiri seimbang/simetris

        • Ronckhi basah/kering

        • Edema paru

      • Abdomen

        • Ketegangan

        • Ascites (perhatikan penambahan lingkar perut pada kunjungan berikutnya).

        • Kram perut

        • Mual/munta

      • Kulit

        • Gatal-gatal

        • Mudah sekali berdarah (easy bruishing)

        • Kulit kering dan bersisik

        • keringat dingin, lembab

        • perubahan turgor kulit

      • Ekstremitas

        • Kelemahan gerak

        • Kram

        • Edema (ekstremitas atas/bawah)

        • Ekstremitas atas : sudahkah operasi untuk akses vaskuler

    • Pemeriksaan persistem

      • System kardiovaskuler

        • Data subjektif : sesak napas, sembab, batuk dengan dahak/riak, berdarah/tidak.

        • Data objektif : hipertensi, kardiomegali, nampak sembab dan susah bernapas.

      • System pernapasan

        • Data subjektif : merasa susah bernapas, mudah terengah-engah saat beraktifitas.

        • Data objektif : edema paru, dispnea, ortopnea, kusmaul.

  • Sistem pencernaan

    • Data subjektif napsu makan turun, mual/muntah, lidah hilang rasa, cegukan, diare (lender darah, encer) beberapa kali sehari.

    • Data objektif : cegukan, melena/tidak.

  • Sistem Neuromuskuler

    • Data subjektif : tungkai lemah, parestesi, kram otot, daya konsentrasi turun, insomnia dan gelisah, nyeri/sakit kepala.

    • Data objektif : neuropati perifer, asteriksis dan mioklonus, nampak menahan nyeri.

  • Sistem genito – urinaria

    • Data subjektif : libido menurun, noktoria, oliguria/anuria, infertilitas (pada wanita).

    • Data objektif : edema pada system genital.

  • System psikososial

    • Integritas ego

      • Stressor : financial, hubungan dan komunikasi

      • Merasa tidak mampu dan lemah

      • Denial, cemas, takut, marah, mudah tersinggung

      • Perubahan body image

      • Mekanisme koping klien/keluarga kurang efektif

      • Pemahaman klien dan keluarga terhadap diagnosis, penyakit dan perawatannya, kadang masih kurang.

    • Interaksi social

      • Denial, menarik diri dari lingkungan

      • Perubahan fungsi peran dikeluarga dan masyarakat.


  • Diagnosa Keperawatan
    Diagnosa Keperawatan menurut Marilynn E.Denges, 1999 adalah sebagai berikut :

    • Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh sehubungan dengan anoreksia, hilangnya protein selama dialisis, pembatasan diet.

    • Kerusakan mobilitas fisik sehubungan dengan terapi pembatasan, penurunan kekuatan/tahanan, gangguan persepsi/kognitif.

    • Kurang perawatan diri sehubungan dengan intoleransi aktivitas.

    • Risiko tinggi terhadap konstipasi sehubungan dengan penurunan masukkan cairan, perubahan pola diet, penurunan motilitas usus.

    • Perubahan proses piker sehubungan dengan perubahan fisiologis.

    • Ansietas sehubungan dengan krisis situasional, ancaman kematian.

    • Gangguan citra tubuh sehubungan dengan krisis situasional, penyakit kronis.

    • Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan sehubungan dengan kurang terpajan/mengingat, tidak mengenal sumber informasi, keterbatasan kognitif.



  • Intervensi dan Implementasi

    • Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh sehubungan dengan anoreksia, hilangnya protein selama dialisis, pembatasan diet.
      Intervensi / Implementasi

      • Kaji masukkan dan haluaran pasien setiap hari.
        R : mengidentifikasi kekurangan kalori setiap hari.

      • Anjurkan pasien mempertahankan masukkan makanan harian sesuai anjuran diet yang ditentukan.
        R : membantu pasien menyadari kebutuhan dietnya.

      • Ukur massa otot melalui lipatan trisep atau tonus otot.
        R : mengkaji keadekuatan nutrisi melalui pengukuran perubahan deposit lemak yang menentukan ada/tidaknya katabolisme jaringan.

      • Perhatikan adanya mual/muntah.
        R : mengidentifikasi gejala yang menyertai akumulasi toksin endogen, mempengaruhi pilihan intervensi.

      • Dorong pasien untuk berpartisipasi dalam perencanaan menu.
        R : Dapat meningkatkan pemasukan oral dan meningkatakan perasaan control/tanggung jawab.

      • Berikan makanan sedikit dan frekuensi sering.
        R : meningkatkan pemasukan nutrisi.

      • Berikan perawatan mulut sering.
        R : menurunkan ketidaknyamanan stomatitis oral dan rasa tak enak dimulut.

      • Kolaborasi, kebutuhan diet dengan ahli gizi.
        R : berguna untuk program diet individu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi.

      • Kolaborasi, pemberian multivitamin.
        R : menggantikan kehilangan vitamin karena malnutrisi/anemia atau selama dialysis.

      • Kolaborasi, pengawasan kadar protein/albumin serum.
        R : merupakan indikator kebutuhan protein.

      • Kolaborasi, pemberian antiemetik.
        R : menurunkan stimulasi pada pusat muntah.

      • Kolaborasi, sarankan penggunaan selang nasogastrik jika diindikasikan.
        R : diperlukan jika terjadi muntah menetap atau bila makan enteral diinginkan.


    • Kerusakan mobilitas fisik sehubungan dengan terapi pembatasan, penurunan kekuatan/tahanan, gangguan persepsi/kognitif.
      Intervensi / Implementasi

      • Kaji keterbatasan aktivitas.
        R : mempengaruhi intervensi.

      • Ubah posisi secara sering bila tirah baring; dukung bagian tubuh yang sakit/sendi dengan bantal.
        R : menurunkan ketidaknyamanan, mempertahankan kekuatan otot,/mobilitas sendi, meningkatkan sirkulasi, dan mencegah kerusakan kulit.

      • Pertahankan kebersihan dan kekeringan kulit, pertahankan linen kering dan bebas kerutan.
        R : Mencegah iritasi kulit.

      • Dorong napas dalam dan batuk.
        R : memobilisasi sekresi, memperbaiki ekspansi paru.

      • Berikan pengalihan dengan tepat pada kondisi pasien (pengunjung, radio/TV, buku).
        R : menurunkan kebosanan, meningkatkan relaksasi.

      • Bantu dalam latihan rentang gerak aktif/pasif.
        R : mempertahankan kelenturan sendi, mencegah kontraktur dan membantu dalam menurunkan tegangan otot.

      • Buat dalam rencana program aktivitas dengan masukkan dari pasien.
        R : meningkatkan energi pasien dan mengontrol perasaan sejahtera.


    • Kurang perawatan diri sehubungan dengan intoleransi aktivitas.
      Intervensi / Implementasi

      • Tentukan skala kemampuan pasien untuk berpartisispasi dalam aktivitas perawatan diri (skala 0-4).
        0    =     mandiri penuh
        1    =     memerlukan penggunaan alat
        2    =     memerlukan bantuan bantuan orang llain untuk pertolongan, pengawasan,   pengajaran.
        3    =    membutuhkan bantuan dari orang lain dan peralatan/alat bantu.
        4    =    ketergantungan penuh/tidak dapat berpartisipasi dalam aktivitas.


      R : kondisi dasar akan menentukan tingkat kekurangan/kebutuhan.

      • Berikan bantuan aktivitas sesuai dengan yang diperlukan.
        R : memenuhi kebutuhan dengan mendukung partisipasi dan kemandirian pasien.

      • Anjurkan untuk menggunakan teknik menghemat energi, melakukan aktivitas secara bertahap sesuai toleransi.
        R : menghemat energi, menurunkan kelelahan, danmeningkatkan kemapuan pasien untuk melakukan tugas.

      • Jadwalkan aktivitas yang memungkinkan pasien cukup waktu untuk menyelesaikan tugas pada kemampuan optimal.
        R : pendekatan yang tenang menurunkan frustasi, meningkatkan partisipasi pasien, meningkatkan harga diri.


    • Risiko tinggi terhadap konstipasi sehubungan dengan penurunan masukkan cairan, perubahan pola diet, penurunan motilitas usus.
      Intervensi / Implementasi

      • Kaji kemampuan defekasi , frekuensi, warna, konsistensi dan flatus.
        R : menilai seberapa berat gangguan defekasi, memudahkan intervensi.

      • Observasi ada/tidak bising usus dan distensi abdomen.
        R : bising usus mungkin hipoaktif atau hiperaktif, menandakan adanya gangguan peristaltic usus, mempengaruhi intervensi.

      • Instruksikan pasien dalam bantuan eleminasi, defekasi.
        R : upaya meningkatkan pola defekasi normal yang optimal.

      • Berikan kepada pasien tentang efek diet (cairan dan serat) pada eleminasi.
        R : cairan dan serat baik untuk pencernaan, feses menjadi lunak dan mudah untuk defekasi.

      • Instruksikan pasien menghindari mengejan selama selama defekasi.
        R : mengejan mengeluarkan banyak energi, sehingga dapat mengakibatkan kelelahan, pusing dan pingsan.

      • Konsultasikan/kolaborasi dokter pemberian : pelembut feses, enema, laksatif.
        R : membantu pasien dalam kemudahan eleminasi defekasi, feses lembut dan mudah dikeluarkan.

      • Kolaborasi ahli gizi untuk kebutuhan diet.
        R : Pengaturan makanan yang baik mencegah/mengurangi feses keras/kering, memudahkan defekasi.


    • Perubahan proses pikir sehubungan dengan perubahan fisiologis.
      Intervensi / Implementasi

      • Kaji perubahan perilaku / perubahan dalam tingkat kesadaran (orientasi waktu, tempat, orang).
        R : mengindikasikan tingkat toksisitas uremik, respons terhadap terjadinya komplikasi dialysis.

      • Berikan penjelasan sederhana tentang kondisi, orientasikan kembali dengan sering.
        R : memperbaiki orientasi realita.

      • Berikan lingkungan aman, bila perlu pasang pagar tempat tidur.
        R : mencegah trauma dan/ atau penglepasan aliran dialisis/kateter tidak hati – hati.

      • Selidiki keluhan sakit kepala, sehubungan dengan timbulnya mual/muntah, kacau/agitasi, hipertensi, tremor, atau kejang.
        R : dapat menunjukkan terjadinya sindrom ketidakseimbangan yang dapat terjadi mendekati selesainya/menyertai hemodialisa.

      • Awasi perubahan dalam pola bicara, terjadinya dimensia, aktivitas mioklunos selama heaemodialisa.
        R : kadang – kadang akumulasi aluminium dapat menyebabkan demensia dialisis, berlanjut ke kematian bila tidak diatasi.

      • Kolaborasi pengawasan BUN/kreatinin, glukosa serum, ubah/ganti konsentrasi dialisat atau tambahkan insulin sesuai indikasi.
        R : mengikuti kemajuan/perbaikan azotemia.

      • Kolaborasi, ambil kadar aluminium sesuai indikasi.
        R : peningkatan dapat memperingatkan ancaman keterlibatan serebral/demensia dialisis.

      • Kolaborasi, berikan obat-obatan sesuai indikasi.
        R : bila terjadi sindrom disekuilibrium selama dialisis, obat – obatan mungkin diperlukan untuk mengontrol kejang selama perubahan pada program dialisis atau kesinambungan terapi.

 

  • Ansietas sehubungan dengan krisis situasional, ancaman kematian.
    Intervensi / Implementasi

    • Kaji dan catat tingkat kecemasan pasien setiap pergantian shift.
      R : tingkat kecemasan (ringan, sedang, berat, panik) mungkin mengalami perubahan setiap kali pergantian shift sehingga mempengaruhi intervensi.

    • Kaji koping individu dalam mengatasi ansietas sebelumnya.
      R : mekanisme koping yang sama mungkin diperlukan untuk mengatasi kecemasan saat ini.

    • Kaji kemampuan pasien dalam pengambilan keputusan.
      R : pasien dengan ansietas bersikap tampak ragu – ragu, ini akan mempengaruhi intervensi.

    • Sediakan informasi factual menyakngkut diagnosis, perawatan dan prognosis.
      R : meningkatkan pemahaman, mengurangi kecemasan.

    • Instruksikan pasien tentang penggunaan teknik relaksasi.
      R : mengurangi ketegangan, meningkatkan perasaan nyaman.

    • Berikan dukungan kepada pasien untuk mengungkapkan perasaannya.
      R : memberikan kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan perasaannya akan memberikan perasaan lega dan mengurangi ansietas.

    • Konsultasikan/kolaborasi dengan dokter, pengobatan untuk mengurangi ansietas.
      R : ansietas berlebihan baik dari segi kualitas maupun kuaantitas memerlukan penanganan lebih lanjut seperti pemberian obat-obatan untuk memberikan perasaan tenang.


  • Gangguan citra tubuh sehubungan dengan krisis situasional, penyakit kronis.
    Intervensi / Implementasi

    • Kaji tingkat pengetahuan pasien tentang kondisi dan pengobatan, dan ansietas sehubungan dengan situasi saat ini.
      R : mengidentifikasi luas masalah dan perlunya intervensi.

    • Diskusikan arti kehilangan/perubahan pada pasien.
      R : beberapa pasien memandang situasi sebagai tantangan, beberapa sulit menerimanya.

    • Perhatikan perilaku menarik diri, tidak efektif menggunakan pengingkaran atau perilaku yang yang mengindikasikan terlalu mempermasalahkan tubuh dan fungsinya.
      R : indicator terjadinya kesulitan menangani stress terhadap apa yang terjadi.

    • Kaji penggunaan substansi adiktif (contoh, alkohol), pengrusakkan diri/perilaku bunuh diri.
      R : menunjukkan disfungsi koping dan upaya untuk menangani masalah dalam tindakan tidak efektif.

    • Tentukan tahap berduka. Perhatikan tanda depresi berat/lama.
      R : indentifikasi tahap yang sedang pasien alami memberikan pedoman untuk mengenal dan menerima perilaku dengan tepat. Depresi lama menunjukkan perlunya intervensi lanjut.

    • Akui kenormalan perasaan.
      R : pengenalan perasaan tersebut diharapkan membantu pasien untuk menerima dan mengatasi secara efektif.

    • Dorong pasien untuk menyatakan konflik kerja dan pribadi yang mungkin timbul, dan dengar dengan aktif.
      R : membantu pasien mengidentifikasi dan solusi masalah.

  • Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan sehubungan dengan kurang terpajan/mengingat, tidak mengenal sumber informasi, keterbatasan kognitif.
    Intervensi / Implementasi

    • Kaji tingkat pengetahuan pasien dan keluarga tentang kondisi, prognosis dan pengobatan saat ini.
      R : mengidentifikasi seberapa jauh pengalaman dan pengetahuan pasien dan keluarga tentang penyakitnya.

    • Berikan penjelasan pada pasien dan keluarga tentang keadaan saat ini.
      R : mengurangi kecemasan, meningkatkan pengetahuan dan menghasilkan penerimaan dan kerjasama yang baik dalam proses terapi.

    • Anjurkan pasien dan keluarga untuk memperhatikan anjuran dietnya.
      R : diet yang tepat dan benar membantu dalam proses penyembuhan.

    • Dorong dan berikan kesempatan pasien untuk bertanya.
      R : meningkatkan proses belajar, meningkatkan pengambilan keputusan, dan menurunkan ansietas sehubungan dengan ketidaktahuan.

    • Minta pasien dan keluarga untuk mengulangi kembali tentang materi yang telah diberikan.
      R : mengetahui seberapa jauh pemahaman pasien dan keluarga serta menilai keberhasilan dari tindakan yang dilakukan.

 


  • Evaluasi

  1. Menunjukkan berat badan stabil atau meningkat dengan nilai laboratorium normal.

  2. Mempertahankan mobillitas atau fungsi optimal yang dapat dilakukan.

  3. Berpartisispasi pada aktivitas sehari – hari dalam tingkat kemampuan diri/keterbatasan penyakit.

  4. Mempertahankan pola fungsi usus normal.

  5. Mengenal perubahan dalam berpikir/perilaku dan menunjukkan perilaku untuk mencegah/meminimalkan perubahan.

  6. Menyatakan perasaan cemas berkurang/terkontrol, menunjukkan ketrampilan pemecahan masalah dan penggunaan sumber secara efektif, tampak rileks/dapat tidur dan istirahat secara tepat.

  7. Mengidentifikasi perasaan dan metode koping untuk persepsi negative pada diri sendiri, menyatakan penerimaan terhadap situasi diri, menunjukkan adaptasi terhadap perubahan/kejadian yang telah terjadi.

  8. Menyatakan pemahaman tentang kondisi, prognosis, dan pengobatan ; melakukan tindakan secara benar dan dapat menjelaskan alas an tindakan.


 

DAFTAR PUSTAKA

 


 

Burnama, Erawati F. 2007, Protap Perawatan Klien Haemodialisa. Instalasi Dialisis RSUD Dr. Doris Sylvanus. Palangka Raya.
Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Ed.3. Jakarta : EGC.
Nursalam, M.Nurs, DR (Hons). 2006. Asuhan Keperawatan Pasien dengan Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta : Salemba Medika.


a